Senin, 02 Desember 2013

PAKAIAN KEBAHAGIAAN

     Suatu ketika, tersebutlah seorang raja yang kaya raya. Kekayaannya sangat melimpah. Emas, permata, berlian, dan semua batu berharga telah menjadi miliknya. Tanah kekuasaannya, meluas hingga sejauh mata memandang. Puluhan istana, dan ratusan pelayan siap menjadi hambanya. Karena ia memerintah dengan tangan besi, apapun yang diinginkannya hampir selalu diraihnya. Namun, semua itu tak membuatnya merasa cukup. Ia selalu merasa kekurangan. Tidurnya tak nyenyak, hatinya selalu merasa tak bahagia. Hidupnya, dirasa sangatlah menyedihkan. Suatu hari, dipanggillah salah seorang prajurit terbaiknya. Sang Raja lalu berkata,

“Aku telah punya banyak harta. Namun, aku tak pernah merasa bahagia. Karena itu, aku akan memerintahkanmu untuk memenuhi keinginanku. Pergilah kau ke seluruh penjuru negeri, dari pelosok ke pelosok, dan temukan orang yang paling berbahagia di negeri ini. Lalu, bawakan pakaiannya kepadaku. Carilah hingga ujung-ujung cakrawala dan buana. Jika aku bisa mendapatkan pakaian itu, tentu aku akan dapat merasa bahagia setiap hari. Aku tentu akan dapat membahagiakan diriku dengan pakaian itu. Temukan sampai dapat..!! Dan aku tidak mau kau kembali tanpa pakaian itu. Atau, kepalamu akan kupenggal...!! perintah sang Raja kepada prajuritnya.

Mendengar titah sang Raja, prajurit itupun segera beranjak. Disiapkannya ratusan pasukan untuk menunaikan tugas. Berangkatlah mereka mencari benda itu. Mereka pergi selama berbulan-bulan, menyusuri setiap penjuru negeri. Seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, seperti perintah Raja. Di telitinya setiap kampung dan desa, untuk mencari orang yang paling berbahagia, dan mengambil pakaiannya. Sang Raja pun mulai tak sabar menunggu. Dia terus menunggu, dan menunggu hingga jemu. Akhirnya, setelah berbulan-bulan pencarian, prajurit itu kembali. Ah, dia berjalan tertunduk, merangkak dengan tangan dan kaki di lantai, tampak seperti sedang memohon ampun pada Raja. Amarah Sang Raja mulai muncul, saat prajurit itu datang dengan tangan hampa.

“Kemari cepat!!. “Kau punya waktu 10 hitungan sebelum kepalamu di penggal. Jelaskan padaku mengapa kau melanggar perintahku. Mana pakaian kebahagiaan itu!”

Gurat-gurat kemarahan sang raja tampak memuncak. Dengan airmata berlinang, dan badan bergetar, perlahan prajurit itu mulai angkat bicara.

“Duli tuanku, aku telah memenuhi perintahmu. Aku telah menyusuri penjuru negeri, seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, untuk mencari orang yang paling berbahagia. Akupun telah berhasil menemukannya."

Kemudian, sang Raja kembali bertanya, “Lalu, mengapa tak kau bawa pakaian kebahagiaan yang dimilikinya?"

Prajurit itu menjawab, “Ampun beribu ampun, duli tuanku, orang yang paling berbahagia itu, TIDAK mempunyai pakaian yang bernama kebahagiaan.”

----------------------------

Bisa jadi, memang tak ada pakaian yang bernama kebahagiaan. Sebab, kebahagiaan seringkali memang tak membutuhkan apapun, kecuali perasaan itu sendiri. Rasa itu hadir, dalam bentuk-bentuk yang sederhana, dan dalam wujud-wujud yang bersahaja. Seringkali memang, kebahagiaan tak di temukan dalam gemerlap harta dan permata. Seringkali memang, kebahagiaan, tak hadir dalam indahnya istana-istana megah. Dan, kebahagiaan seringkali memang tak selalu ada pada besarnya penghasilan kita, mewahnya rumah kita, gemerlap lampu kristal yang kita miliki, dan indahnya jalinan sutra yang kita sandang. Seringkali malah, kebahagiaan hadir pada kesederhanaan, pada kebersahajaan. Seringkali rasa itu muncul pada rumah-rumah kecil yang orang-orang di dalamnya mau mensyukuri keberadaan rumah itu. Seringkali, kebahagiaan itu hadir pada jalin-jemalin syukur yang tak henti terpanjatkan pada Tuhan.Sebab, kebahagiaan itu memang adanya di hati, di dalam kalbu ini. Kebahagiaan, tak berada jauh dari kita, asalkan kita mau menjumpainya. Ya... asalkan kita mau mensyukuri apa yang kita punyai, dan apa yang kita miliki.

Minggu, 29 September 2013

KISAH WAK HAJI DAN WAK MODIN

     Dia biasa dipanggil Wak haji oleh warga setempat. Wak haji termasuk orang yang paling kaya di desa itu tapi juga terkenal paling kikir. Usianya sekitar 70an, semenjak 10 th yg lalu ditingggal oleh Sang istri, Wak haji hanya hidup sendiri dan tidak mempunyai seorang anak. Aku sendiri merasa heran, kenapa orang seperti Wak haji yg usianya sudah menjelang senja itu sangat pelit, padahal hartanya banyak, bahkan seorang anak pun ia tak punya. Dalam batinku selalu bertanya, dengan harta yang segitu banyak nya itu, mau dibawah kemana? Jangankan untuk beramal, Warga yg kesusahan mau pinjam uang pun tak pernah dikasih. Dan setiap orang yg butuh mau pinjam uang, dia selalu bilang tak punya, alasan ini lah - itu lah, bukannya ngasih malah menyuruh orang-orang pinjam ke Wak Modin. Setiap kali diminta sumbangan dana untuk pembangunan masjid atau untuk keperluan Desa, yg keluar hanya lembaran seribu. Sumpah.. orang seperti ini kenapa gak mati terkubur dengan hartanya saja. Semua penduduk desa itu banyak yg tak suka dengan Wak haji. Semua orang mencibir jika berpapasan dengannya dijalan. Tapi Wajah tua yg bersahaja itu tetap tersenyum ramah menunjukkan wajah tua yg bijaksana.

Berbeda dengan Wak modin yg sehari-harinya hanya hidup dengan kesederhanaan, hidupnya pas-pasan, bisa dibilang orang miskinlah, tapi terkenal sangat dermawan. Ia suka membantu warga yg kesulitan. Aku benar-benar kagum sama orang yg satu ini. Andaikan Mario teguh tahu, pasti kata-kata nya "SUPER SEKALI" yg fenomenal itu akan di buangnya jauh-jauh ke laut selatan biar dimakan sama ikan hiu dan akan digantinya dengan "SANGAT SUPER LUAR BIASA dan tak hanya sekali". Bagaimana tidak, jika dilihat dari keseharian dari Wak modin yg sangat bersahaja itu, ia terkenal dermawan, bahkan sering kali warga yg tak bisa bayar hutang karena tak mampuh, ia tak pernah memintanya. Malah dengan segala kerendahan hatinya ia menyarankan jika warga yg bener-bener tak mampuh butuh uang, jangan segan-segan datang kerumahnya. Aku sempat mengira kalau Wak modin ini pelihara Tuyul. Coba bayangkan, dalam keseharian ia sangat pas-pasan, tapi sangat royal sama uang. Setiap ada penarikan dana bantuan untuk keperluan desa, ia tak pernah perhitungan untuk mengeluarkan duit. Tapi yg membuat aku heran lagi, kenapa hubungan antara kedua orang ini sangat akrab. Hampir seluruh warga ini tak suka sama Wak haji, tapi kenapa Wak modin ini sangat hormat padanya?.. aneh. Ah.. masa bodoh dengan Wak Haji, salut untuk kepribadianmu Wak Modin yg tak pernah pandang bulu dalam bermasyarakat.

Sebulan kemudian setelah sepeninggal Wak Haji, sepertinya perlahan-lahan terjadi banyak perubahan dalam diri Wak Modin. Dulu ia yg terkenal sangat dermawan suka membantu warga yg kesulitan, kini ia mulai agak pelit. Setiap ditarik iuran atau sumbangan ruwetnya minta ampun, Huft.. sepertinya Mario teguh menyesal pernah mengganti kata-katanya yg fenomenal itu. Kini Wak Modin mulai jadi bahan pembicaraan orang-orang.

Pada hari itu setelah sholat jum'at usai, Wak modin yg biasa menjadi imam dimasjid itu berdiri dihadapan para jama'ah. Ia meminta maaf kepada semua warga, untuk saat ini ia sudah tak bisa memberikan apa yg dibutuhkan oleh warga yg serba kekurangan. Dan satu hal yg membuat semua jama'ah jum'at terkejut adalah pengakuan dari Wak Modin, bahwa selama ini harta yg dia berikan untuk keperluan desa dan untuk membantu semua warga yg membutuhkan adalah harta dari Wak Haji. Bahwa selama ini Wak haji melarangnya untuk memberi tahu kepada siapa pun kalau semua itu adalah pemberian darinya. Bahkan diakhir hayatnya Wak haji sempat berpesan kepada Wak modin untuk tetap merahasiakannya, Namun pada akhirnya Wak Modin sendiri tak bisa selamanya menutupi akan hal itu. Dan pada hari itu juga Wak Modin memberikan semua harta yg telah diwakafkan Wak Haji kepada warga yg tak mampuh dan untuk keperluan Desa.

---------------------------
Sebuah prilaku yg patut dijadikan tauladan. Seperti pepatah "Tangan kanan memberi, tangan kiri tak mengetahui". Sebuah keihklasan tanpa pamrih, meskipun mendapat cemo'ohan, cibiran dari banyak orang, tapi dalam hati tetap tersenyum bangga karena sudah memberikan yg terbaik buat sesama meskipun tanpa harus dihargai. Kita menyadari bahwa penghargaan dari Tuhan adalah yg terbaik melebihi segalanya dari hanya sekedar sanjungan antar sesama. Biarkan Tuhan yg menilai, Kebaikan yg tersembunyi bagaimanapun akan tetap terlihat meski tanpa harus dihargai.

Rabu, 25 September 2013

KISAH 3 ORANG BUTA

   Dikisahkan ada 3 orang buta yg selalu merasa paling tahu tentang segala hal, mereka adalah 3 orang sahabat karib. Setiap hari mereka selalu bersama dalam suka dan duka. Suatu hari mereka terlibat dalam perdebatan, diantara mereka selalu merasa paling benar dan paling mengetahui. Sampai akhirnya tak ada titik penyelesaian. Hingga salah satu dari mereka memutuskan untuk menemui orang tua bijak untuk menyelesaikan perdebatan diantara mereka.

"Pak tua.. saat ini kami sedang memperdebatkan suatu masalah. kami mohon kepada anda untuk menjadi penengah diantara kami, siapa diantara kami yg paling benar." Kata salah seorang diantara mereka.

Orang Tua bijak itu terdiam sejenak sambil berpikir.
" Baiklah.. kalian lihat didepan itu aku punya seekor Gajah. Coba kalian cari bagaimanakah bentuk dari Gajah itu..?"

Ke 3 orang buta itu mendekati Gajah yg ada didepan mereka dan mereka telah memegang dan menemukannya.

Orang buta 1," saya sudah memegangnya, Ternyata Gajah itu bentuknya seperti ular."
Orang buta 2," kamu salah, Gajah itu bentuknya tipis seperti kipas, aku juga telah memegangnya".
Orang buta 3," kalian semua bodoh, inilah Gajah yg sebenarnya. Aku yg memegangnya. Dan ternyata Gajah itu bentuknya panjang dan besar, bagaimana menurutmu pak tua?."

Pak tua bijak hanya tersenyum sambil berkata:

" orang buta 1, kamu benar bahwa Gajah itu seperti ular jika yg kamu pegang adalah belalainya. Orang buta 2, kamu juga benar bahwa Gajah itu tipis seperti kipas jika yg kamu pegang adalah telinganya. Dan kamu orang buta 3, kamu juga benar kalau menurutmu Gajah itu panjang dan besar jika yg kamu pegang itu adalah kakinya. Tapi ketahuilah wahai ke 3 orang buta, bahwa yg kalian pegang baru hanya anggota tubuh Gajah, bukan keseluruhan dari tubuh Gajah.

Ke 3 orang buta itu akhirnya tertunduk malu, mereka baru menyadari akan kekurangannya. Mereka lalu saling merangkul satu sama lain untuk saling memaafkan atas kekhilafannya selama ini.

--------------------------
Seringkali kita melihat banyak sekali perdebatan antar golongan, mereka saling memperdebatkan hal-hal yg sepele dan belum tentu mereka sendiri tahu kebenaran yg sesungguhnya. Seperti ke 3 orang buta itu. Mereka baru tahu tentang sebagian dari pengetahuan yg mereka pelajari. Sedangkan masih banyak lagi hal2 yg belum diketahuinya. Berbagai dasar2 hukum dibuat sebagai bukti pembenaran atas apa yg telah diketahui. Pada dasarnya sama, dasar hukum yg dibuat adalah satu kesatuan bentuk dari dasar hukum lain yg dijadikan sebagai pedoman.

Dunia ini luas, Tak cukup hanya dengan satu atau dua buku saja sebagai sumber pengetahuan. Masih banyak yg belum kita ketahui. Salinglah menghargai antar satu sama lain. Memegang teguh tali persatuan itu jauh lebih penting dari hanya sekedar memperebutkan siapa yg paling benar.

Jumat, 13 September 2013

MENGAPA TUHAN MENCIPTAKAN KEBURUKAN?

    Dalam keseluruhannya, Tuhan itu sungguh rahmat dan kebajikan. Tak pernah Ia menganjurkan perbuatan yang buruk dan kejahatan. Tetapi, oleh karena hikmat dan kebijaksanaanNya, maka diberikanNya kesempatan-kesempatan untuk keburukan dan kejahatan itu dilakukan.

Memang benar Tuhan memberikan kita kebebasan. Kita semua pun bebas untuk taat kepada Tuhan atau bermaksiat dan durhaka kepadanya. Tapi kebebasan itu tak sepenuhnya mutlak bebas dari akibat-akibat sampingannya. Apalah artinya kebebasan itu bagi kita jika kita tidak bebas mengadakan observasi dan peercobaan-percobaan yang mungkin tepat dan berhasil atau mungkin pula tidak.

Andaikata Tuhan menghendaki, dapat jualah Ia menjadikan kita semua taat kepadanNya, akan tetapi kebebasan kita dicabut. Dalam hukum alam (sunnatulloh), kebebasan dengan segala suka dan dukanya bagi manusia, lebih baik daripada dijajah kendatipun penuh dengan kesukaan. Tuhan membiarkan kita berbuat kesalahan-kesalahan yang berakibat penderitaan untuk mengambil pelajaran daripada penderitaan itu, di mana kita akan bertambah pengalaman karenanya. Demi kebijaksanaan tersebut, Tuhan memberikan kesempatan untuk kekejian dan keburukan berfungsi.

Seorang juri yang adil, tidak berpihak sana maupun sini, akan memberikan putusannya, bahwa kebaikan didunia ini selalu nampak dimana-mana dan disegala waktu serta merupakan sesuatu yang tetap tak pernah menghilang. Sebaliknya keburukan dan kekejihan itu tidak sering terjadi, bahkan jarang dan boleh dikatakan relatif tak pernah terjadi. Seperti kesehatan badan sangat panjang waktunya, sedangkan penyakit hanya sementara menghinggap dan pendek waktunya. Kita sepanjang umur bisa dikatakan sehat wal afiat, hanya beberapa waktu saja kita sakit.
Gempah bumi jarang terjadi, tidak terus menerus, hanya beberapa menit saja paling lama. Begitu juga gunung-gunung berapi tak selalu memuntahkan lahar panas atau dingin. Peperangan merupakan ketegangan antar bangsa-bangsa, sedangkan perdamaian panjang usianya.

Segala sesuatu ada latar belakangnya. Penyakit membangkitkan sikap kewaspadaan. Kenyerihan mengajarkan ketabahan. Gempah bumi meringankan tekanan-tekanan yang ada didalam perut bumi dan menghindarkan kulitnya dari kerusakan seperti kawah-kawah, serta memantapkan kedudukan gunung-gunung itu sebagai pengikat dan penyanggah permukaan bumi.
Gunung-gunung berapi memuntahkan kekayaan-kekayaan yang terpendam didalam perut bumi dan menyuburkan tanah. Peperangan-peperangan mempersatukan bangsa dan membentuk persekutuan, kemudian membentuk PBB yang kemudian terbentuk suatu mahkama internasiaonal yaitu Dewan keamananan untuk menerima pengaduan-pengaduan dari anggota PBB itu dan mendamaikan. Selain itu, peperangan merupakan pendorong dan membuka pintu bagi berbagai cipataan baru seperti Obat-obat baru serta tenaga atom dan nuklir, pesawat-pesawat militer dan sipil, roket-roket untuk perdamaian dll. Semua itu tercipta dari kanca peperangan.

Dari bisa ular yang mematikan, terbuatlah obat-obatan yang ampuh dan mujarab. Dan dari kuman-kuman terbuatlah berbagai vaksin. Andaikata nenek moyang kita hidup untuk selama-lamanya dan tidak mati, tidak mungkinlah kita akan menggantikan mereka dalam kedudukan dan kepemimpinan. Keburukan di alam ini bagaikan bayangan pada lukisan. Bayangan-bayangan tampak sebagai cacat dalam lukisan bila dilihat dari dekat. Tetapi jika kita lihat keseluruhan lukisan itu dari kejauhan, akan nyatalah betapa pentingnya  bayangan-banyangan itu sebagai pelengkap dan pembantu yang tak boleh dihilangkan dan dihapus. Lukisan tanpa bayangan-bayangan tak akan indah dan hidup.

Seandainya tak ada penyakit, apakah kita akan mengenal arti kesehatan..? Kesehatan merupakan mahkota yang agung diatas kepala orang-orang yang sehat dan tak akan terlihat kecuali oleh orang-orang sakit. Begitupun keburukan, kita tak akan mengenal keindahan, kecantikan, keagungan dan keluhuran tanpa mengenal keburukan. "Busur panah tak akan berfungsi sekiranya tidak melengkung". Kedukaan dan kesengsaraan mempunyai fungsi untuk menguji sikap mental manusia dan membongkar isi hati mereka. Penderitaan dan kesulitan merupakan testing bagi mental kita yang menentukan harkat dan martabat kita masing-masing di sisiNya.

Kehidupan didunia ini dengan berbagai suka dan dukanya merupakan satu babak dari sebuah drama yang terdiri atas beberapa babak. Dan kematian bukan babak terahir dari drama kehidupan kita di dunia ini. Maka dari itu janganlah menilai sebuah drama berdasarkan salah satu babak sebelum menyaksikan seluruhnya.

Lantas.. masihkah kita mengharap kehidupan tanpa kematian..? Apakah kita ingin sehat selama-lamanya tanpa rasa sakit sama sekali..? Apakah kita ingin tetap hidup tetap awet muda tanpa tua..? tanpa lemah, tanpa mengalami kekurangan-kekurangan barang sedikitpun..? Apakah kita ingin hidup bebas tanpa aturan dan kode etik dari Tuhan..? "Semua kebajikan dan kebaikan adalah anugerah dari Tuhan, dan segala keburukan dan kebobrokan dari perbuatan kita sendiri".

Kamis, 12 September 2013

KISAH JENDRAL DAN PENGGEMBALA BEBEK

   Seorang jenderal panglima perang beserta sisa pasukannya baru saja kembali dari medan pertempuran. Mereka terlihat sangat kelelahan dan nampak sebagian dari mereka terluka. Perjalanan mereka terhenti di sebuah sungai dan mereka pun beristirahat sejenak melepas lelah sambil mengobati prajurit yang terluka. Saat perjalanan akan dilanjutkan mereka harus menyeberangi sungai itu, air sungai nampak tenang dan membuat sang jenderal mencari-cari lokasi yang dianggapnya tepat untuk menyeberang.

Tak jauh dari tempat itu nampak seorang pengembala bebek, dan sang jenderal bertanya "Hai penggembala bebek, kami harus menyeberang sungai ini, tunjukkan disebelah mana tempat yang aman untuk kami menyeberangi sungai ini?"

Si penggembala bebek tergopoh-gopoh berlari mendekati sang jenderal dan segera menunjukkan arah tak jauh dari tempatnya berdiri dimana bebek-bebeknya berada.
Sang jenderal segera menginstruksikan beberapa prajuritnya untuk menaiki kuda masing-masing dan masuk ke sungai ditempat yang ditunjukkan oleh si penggembala bebek. Namun setelah sesampai ditengah sungai, kuda yang berada dibarisan paling depan terperosok dan penunggangnya terjatuh hingga nyaris hanyut terbawa arus sebelum akhirnya tertolong oleh rekan-rekan prajurit lainnya.

Sang jenderal sangat marah dan segera memerintahkan para prajuritnya menangkap si penggembala bebek dan bersiap untuk memenggal kepalanya.

"Hey anak muda, sungguh berani sekali kamu menyesatkan kami, hampir saja prajuritku mati gara-gara kamu"

si penggembala bebek menangis ketakutan seraya memohon ampun, katanya terbata-bata "Ampun.. ampun.. Tuan.. sungguh saya tidak bermaksud mencelakakan Tuan"

Sang jenderal makin geram dan berteriak "Kamu lihat sendiri, arah yang kamu tunjukkan adalah salah, sungai disana sangat dalam dan seekor kuda telah mati gara-gara kamu!"

"Ampun.. Tuan, ampun.. bukankah tadi di tempat itu bebek-bebek saya berenang dengan aman?"

Kali ini sang jenderal tertegun, sejenak berpikir lalu tersadarkan bahwa dirinya telah salah bertanya kepada orang yang tidak tepat. Serta merta dia memerintahkan prajuritnya untuk membebaskan si penggembala bebek itu.

-----------------
Bila ingin berhasil bertanyalah kepada mereka yang telah berhasil melaluinya bukan bertanya kepada mereka yang hanya melihat orang-orang yang telah berhasil.

KAISAR DAN PENUNGGANG KUDA

    Ada seorang Kaisar yg mengatakan kepada penunggang kudanya yg setia mengabdi, apabila ia bisa mengendarai kudanya & menjangkau wilayah sebanyak yg ia mampu, maka sang Kaisar akan memberikan wilayah sebanyak yg ia jangkau.

Tentu saja, sang penunggang kuda segera melompat naik ke atas kudanya & secepat mungkin pergi melakukannya. Dia terus memacu & memacu, mencambuk kudanya. Ketika ia merasa lapar atau lelah, dia tidak berhenti karena dia sangat ingin memperoleh wilayah sebanyak mungkin.

Pada akhirnya, saat ia telah menjangkau wilayah yg cukup besar, ia kelelahan & sekarat. Sang penunggang kuda lalu bertanya kepada dirinya sendiri, “Mengapa aku memaksa diriku begitu keras utk menjangkau begitu banyak? Sekarang aku sekarat & aku hanya memerlukan sebidang tanah yg sangat kecil untuk menguburkan diriku sendiri.”

--------------
Kisah di atas sama dengan perjalanan hidup kita. Tiap hari kita memaksa diri dengan keras untuk mengumpulkan uang, kekuasaan atau menjadi tenar. Kita mengabaikan kesehatan, waktu bersama keluarga, sahabat, lingkungan sekitar & hobi yg kita sukai. Saat kita melihat ke belakang, kita akan menyadari bahwa sebenarnya kita tak membutuhkan sebanyak itu, namun kita tak bisa mengembalikan waktu yg terlewatkan.

Hidup ini bukan hanya bekerja menghasilkan uang, mendapatkan kekuasaan atau ketenaran. Bekerja diperlukan untuk bertahan hidup dan agar dapat menikmati keindahan & kebahagiaan dalam kehidupan, juga agar kita bisa menjadi dan membagi berkat dengan org lain.

Hidup adalah keseimbangan antara bekerja & bermain, untuk keluarga, sahabat & waktu pribadi. Kita harus memutuskan bagaimana caranya menyeimbangkan hidup!!

“Tentukan & Atur Prioritas Hidup Kita dengan bijaksana

TEMPAYAN RETAK

    Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidak sempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata kepada si tukang air, “Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya”

”Mengapa kamu merasa malu ?” tanya si tukang air,

"Selama dua tahun ini saya hanya mampuh membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa. Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuat mu rugi.”

Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia menjawab,” Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”

Ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasa sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali tempayan retak itu meminta maaf kepada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu tidak memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu ? tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu ?” Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini, aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk dapat menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu , majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”

----------------
Setiap orang memiliki cacat dan kelemahan sendiri. Kita semua adalah tempayan retak, namun jika kita mau dan mampu melihat lebih dalam, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk maksud tertentu. Dimata Tuhan yang bijaksana tak ada yang terbuang percuma, Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu dapat menjadi sarana keindahan Tuhan.

Senin, 02 September 2013

CINTA DALAM HATI

     "Kamu ingin mengucapkan terimakasih..?" Kata Gadis itu sambil tersenyum memejamkan matanya. Aku hanya bisa terdiam menatapnya bingung tak tahu apa yang harus aku lakukan.

"Apakah kamu tak tahu..? jika seorang wanita sedang memejamkan matanya, itu tandanya ia ingin dicium." Katanya lagi dengan penuh harap.  Matanya masih terpejam dengan senyumnya yang manis dan nada bicaranya yang manja.

Aku masih diam dan hanya berkata dalam hati.. "maafkan aku... sebenarnya aku suka padamu. Kamu cantik dan baik. Tapi aku masih ingin sendiri. Persoalan cinta adalah hal yang paling rumit dan merepotkan bagi ku, aku masih ingin bebas dan tak ingin dibebani oleh masalah cinta.  Sekarang ... yang aku pikirkan hanyalah bagaimana menata masa depanku. Maaf.. aku tak bisa melakukannya. Aku masih ingin sendiri..."

Aku terus terdiam sambil berlalu. Terlihat ada perasaan kecewa dalam wajah gadis itu. Mungkin ia kesal terhadap apa yang telah aku lakukan baru saja.

"Aku tahu kamu suka padaku...!!!!!" ". Gadis itu berteriak melihat aku yang terus berlalu. Aku lihat dia meneskan air mata. Ya... aku tahu itu.. tetesan airmata kekecewaan. Dia sangat mencintai aku dan aku telah membuatnya menangis.

Apa yang dikatakannya itu mengingatkan ku kembali masa lalu.
Kini...
dia terbujur lemas dipangkuanku. Tubuhnya masih bersimba darah. Dia telah menyelamatkan nyawaku untuk kedua kalinya. Aku hanya bisa menangis meratap. Sayup-sayup kudengar dari mulutnya berbisik lirih, "Apakah kamu mencintai aku..?"

"Tidak.." jawabku pelan.

"Kenapa..?"

"Tidak untuk saat ini, mungkin 1 tahun, 2 tahun atau 3 tahun."

"Aku... ingin kamu mencintai aku sekarang.." bicaranya mulai tersendat-sendat..

Aku tak bisa membohongi perasaanku bahwa aku sangat mencintainya. air mataku terus berlinang, kupeluk tubuhnya erat-erat. Aku sangat menyesal dulu telah mengecewakannya. Aku telah mengecewakan orang yang benar-benar mencintai aku dengan tulus. Kemudian aku lihat matanya mulai terpejam. Ku tatap wajahnya dalam-dalam. Terngiang kembali dalam benakku apa yang pernah ia ucapkan dulu.

"APAKAH KAMU TAK TAHU..? JIKA SEORANG WANITA SEDANG MEMEJAMKAN MATANYA,  ITU TANDANYA IA INGIN DICIUM."

Ya.. aku tak pernah lupa hal itu. Kata-kata itu membuat tangisku semakin tak terhenti saat melihatnya kini ia telah memejamkan mata... kini ia terpejam untuk selamanya. Dengan perasaan menyesal dan tangan gemetar ku cium bibirnya kemudian kubisikkan dengan lembut ditelinganya.. "aku sangat mencintaimu"...

-------------------------
Kita tak akan pernah menyadari bahwa seseorang itu sangat berarti dalam hidup kita sampai pada akhirnya kita benar-benar kehilangannya. Namun setelah kita menyadari hal itu, semuanya telah sia-sia karena orang yang sangat berarti itu telah pergi dan tak akan pernah kembali.

Selasa, 27 Agustus 2013

KETIKA CINTA SEDANG DI UJI

       Seorang Perempuan memberikan tantangan kepada kekasihnya untuk hidup tanpa dirinya selama 3 Tahun, untuk tidak ada komunikasi sama sekali antara mereka selama 6 bulan. Selama itu ia hanya ingin berfokus pada pekerjaan dan dirinya.

Dia berkata pada kekasihnya, "Biarkan jodoh yg menentukan, jika kamu bisa melewati semua itu, aku akan kembali padamu dan mencintai kamu selamanya".

Si Laki2 pun dengan berat hati akhirnya menyetujui keputusan kekasihnya itu. Tanpa disadari matanya mulai berkaca-kaca dan air matanya  mulai menetes perlahan-lahan. Sejak saat itu dia tidak sms atau menelpon kekasihnya itu. Hari-harinya ia jalani sendiri dengan penuh kegalauan.

Hari demi hari telah berlalu.. Tanpa Si Perempuan ketahui bahwa kekasihnya itu hanya memiliki waktu sedikit untuk hidup, karena dia terkena penyakit sirosis.

6 bulan kemudian si perempuan mencoba menghubunginya dengan telpon berulang kali Namun tak ada yg menjawabnya. Hingga akhirnya terdengar suara namun itu bukanlah dari Sang kekasih melainkan saudara laki2 nya yaitu kakak dari kekasihnya itu.

Sang kakak pun menjawabnya dan memberitahukan bahwa adiknya itu telah tiada. "sesekali dia hanya memanggil namamu"

Seketika itu juga Air mata si perempuan pun tiba2 menetes mendengar kabar bahwa kekasihnya telah tiada dan meninggalkannya selama-lamanya.

Di akhir hidupnya si laki2 meninggalkan sebuah pesan surat buat perempuan kekasihnya itu yg tertulis "Kamu Berhasil Sayang, bisakah kamu lakukan itu setiap hari? AKU SANGAT MENCINTAIMU.. ?? JAGA DIRIMU BAIK-BAIK YA"
Si perempuan hanya mampu menitikkan air mata...

--------------
Jangan pernah kehilangan komunikasi dengan orang2 yang kita sayangi, karena kita tak akan pernah tahu apa yang terjadi pada nya. Sayangi dirinya sewaktu dia masih ada di dekatmu jangan pernah sekali-kali menyia-nyiakannya...

KISAH BIJAK KONG HU CHU

      Yan Hui adalah murid kesayangan Khong Hu Chu yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
Pembeli berteriak: "3x8=23, kenapa kamu bilang 24?

"Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8=24, tidak usah diperdebatkan lagi".

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Khong Hu Chu. Benar atau salah Khong Hu Chu yang berhak mengatakan".

Yan Hui: "Baik, jika Maha Guru mengatakan kamu salah,bagaimana?"
Pembeli kain: "Kalau Khong Hu Chu bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Sang Maha Guru. Setelah Khong Hu Chu tahu duduk persoalannya, Dia  berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8=23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia."

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan Sang Maha Guru. Ketika mendengar Khong Hu Chu bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yan Hui menerima penilaian Sang Maha Guru tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Sang Maha Guru sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Maha Guru tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.

Sebelum berangkat, Yan Hui berpamitan, Sang Maha Guru memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat untuk yg terakhir kalinya: "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."

Yan Hui berkata "baiklah" lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Sang Maha Guru dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat Maha Guru yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Sang Maha Guru, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali kepada Khong Hu Chu , berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"

Khong Hu Chu berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."

Khong Hu Chu berkata: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."

Sejak itu, kemanapun Sang Maha Guru pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

--------------
Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.
Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang

LAMPU MERAH DAN KESEDIHAN

   Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Priit..!!! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu kan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.
“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Jack.” Tanpa senyum.

“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah. Oh ya?... Tampaknya Bob agak ragu. Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

Ooo... sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi. “Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM mu.”

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang.
Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya. Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

“Halo Jack...
Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayangnya Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan  berkenan mengaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah...!  (Bob)

Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.

-----------------
Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi, suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.

CINTA YANG SEMPURNA

    Ada sepasang suami isteri, dimana sang isteri adalah wanita yang sangat amat cantik tanpa cacat sedikit pun. Si suami begitu sangat mencintai sang isteri, begitu juga isterinya.

Kala itu, sedang maraknya tersebar penyakit kulit yang akibatnya merusak keindahan kulit dan sang isteri merasa dirinya tertular. Wajahnya pun mulai hancur digerogoti penyakit tersebut.

Pada saat itu sang suami sedang berada di luar kota dan belum mengetahui bahwa isterinya terserang penyakit kulit yang ganas. Dalam perjalanan pulang, sang suami mengalami kecelakaan yang akibatnya suaminya menjadi buta.

Dari hari ke hari....
Sang isteri yang pada mulanya bidadari berubah menjadi wanita yang amat jelek dan menyeramkan, namun sang suami tak bisa melihat dan kehidupan mereka pun berjalan seperti biasa, penuh kasih sayang dan cinta seperti awal mereka menikah.

berjalan 40 tahun, sang isteri meninggal, sang suami sangat bersedih dan merasa kehilangan sekali. Setelah pemakaman, sang suami adalah orang terakhir yang keluar dari pemakaman sang isteri. Ketika berjalan, datanglah seorang menyapa,

"Pak, bapak mau kemana?"

Dia pun menjawab, "Saya mau pulang"

Mendengar jawaban itu, orang tersebut bersedih dengan keadaan dia yang buta dan hidup sendiri. Lalu orang tersebut berkata, "Bukankah bapak buta dan selalu bergandengan dengan sang isteri? Gimana sekarang bapak mau pulang sendiri?"

Lalu dia menjawab, "Sebenarnya saya tidak buta, selama 40 tahun saya hanya berpura-pura buta agar isteri saya tidak minder atau rendah diri, kalau saya mengetahui bahwa dia sakit dan wajahnya berubah menjadi menakutkan".

---------------
Terimalah pasangan kita apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya karena kita bukan mencari orang yang sempurna tetapi bagaimana mencintai pasangan dengan cara yang sempurna dalam situasi dan kondisi apapun...
ITULAH CINTA YANG SEMPURNA...

Sabtu, 24 Agustus 2013

FILSAFAT POHON

   Dalam sebuah perjalanan seorang ayah dengan puteranya, sebatang pohon kayu nan tinggi ternyata menjadi hal yang menarik untuk mereka simak. Keduanya pun berhenti di bawah rindangnya pohon tersebut.

“Anakku,” ucap sang ayah tiba-tiba. Anak usia belasan tahun ini pun menatap lekat ayahnya. Dengan sapaan seperti itu, sang anak paham kalau ayahnya akan mengucapkan sesuatu yang serius.

“Adakah pelajaran yang bisa kau sampaikan dari sebuah pohon?” lanjut sang ayah sambil tangan kanannya meraih batang pohon di dekatnya.

“Menurutku, pohon bisa jadi tempat berteduh yang nyaman, penyimpan air yang bersih dari kotoran, dan penyeimbang kesejukan udara,” jawab sang anak sambil matanya menanti sebuah kepastian.

“Bagus,” jawab spontan sang ayah. “Tapi, ada hal lain yang menarik untuk kita simak dari sebuah pohon,” tambah sang ayah sambil tiba-tiba wajahnya mendongak ke ujung dahan yang paling atas.

“Perhatikan ujung pepohonan yang kamu lihat. Semuanya tegak lurus ke arah yang sama. Walaupun ia berada di tanah yang miring, pohon akan memaksa dirinya untuk tetap lurus menatap cahaya,” jelas sang ayah.

“Anakku,” ucap sang ayah sambil tiba-tiba tangan kanannya meraih punggung puteranya. “Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” ungkap sang ayah begitu berkesan.**

Keadaan tanah kehidupan yang kita pijak saat ini, kadang tidak berada pada hamparan luas nan datar. Selalu saja ada keadaan tidak seperti yang kita inginkan. Ada tebing nan curam, ada tanjakan yang melelahkan, ada turunan landai yang melenakan, dan ada lubang-lubang yang muncul di luar dugaan.

Pepohonan, seperti yang diucapkan sang ayah kepada puteranya, selalu memposisikan diri pada kekokohan untuk selalu tegak lurus mengikuti sumber cahaya kebenaran. Walaupun berada di tebing ancaman, tanjakan hambatan, turunan godaan, dan lubang jebakan.

“Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran.”

------------
Sahabat, Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” Siapapun Anda, bagaimanapun Anda, dan Dimanapun anda... tatap dan ikutilah cahaya lurus kebenaran... karena bila tidak anda akan tersesat dalam kegelapan. Dan Bila terperangkap dalam gelap, jangan mengutuki kegelapan, tapi nyalakan lah cayaha walaupun dengan Lilin..

KISAH ZUNNUN AL-MISRI DAN CINCIN EMAS

     Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain?....."

Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Anak muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?." Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas?. Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu." "Cobalah dulu, Anak muda. Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak.

Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak." Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata,

"Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar." Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi Anak muda.

------------
Seseorang tak bisa dinilai hanya dari segi pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".

Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses yang tidak mudah.
Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas."

KISAH RAJA DAN BUDAK

     Alkisah seorang Raja yang memiliki seorang budak perempuan yang berparas buruk, berkulit hitam, dan tidak enak dipandang mata.

Pada suatu hari, Raja menaburkan uang untuk semua budaknya. Para budak saling berebut dan berlomba untuk mendapatkan uang tersebut kecuali seorang budak perempuan hitam yang buruk rupa itu. Ia tetap diam dan hanya memandang wajah Baginda Raja merasa amat keheranan dan bertanya, “Mengapa kau diam saja? Ikutlah bersama teman-temanmu memperebutkan uang.”
Budak itu menjawab, “Wahai Baginda Raja, jika semua budak berlomba untuk mendapatkan uang taburan Baginda, maka yang hamba impikan berbeda dengan mereka. Yang hamba angankan bukan uang taburan itu tapi yang hamba inginkan adalah sang pemilik uang taburan itu.”

Mendengar jawaban budak itu, Sang Raja tercengang dan merasa takjub. Karena rasa kagumnya, ia jadikan budak itu sebagai permaisurinya. Berita perkawinan seorang raja dengan budaknya tersebar kepada para pejabat lainnya. Mereka semua mencemooh dan mencela Sang Raja yang mempersunting seorang budak hitam. Raja mendengar semua cemoohan ini, ia lalu mengumpulkan semua pejabat itu dan menegur mereka. Kemudian Raja memerintahkan untuk mengumpulkan semua Wanita di negerinya. Ketika semua Wanita telah berkumpul di hadapan Raja, Sang Raja memberikan kepada masing-masing Wanita segelas berlian untuk dihancurkan. Namun, semua Wanita menolak pemberian itu. Kecuali si budak hitam yang buruk rupa itu. Tanpa ragu, gelas itu diterima dan ia pecahkan. Menyaksikan hal ini, para pejabat itu berkata,
“Lihatlah budak hitam yang berperilaku sangat menjijikan ini!”

Raja lalu menoleh ke arah budak hitamnya dan bertanya,
“Mengapa kau hancurkan gelas itu?”

Budak hitam menjawab, “Aku lakukan hal ini karena perintahmu. Menurut pendapat hamba, jika gelas ini aku pecahkan, berarti aku telah mengurangi perbendaharaan Baginda Raja. Tapi jika hamba tidak lakukan perintah Baginda, berarti hamba telah melanggar titah Raja. Bila gelas ini hamba hancurkan, hamba pastilah seorang yang gila. Namun bila gelas ini tidak hamba pecahkan, berarti hamba telah melanggar perintah Raja. Bagiku, pilihan yang pertama lebih mulia daripada yang kedua.”

Mendengar jawaban yang singkat itu, semua pejabat yang hadir di tempat itu tercengang dan mengakui kecerdasan budak hitam itu. Akhirnya mereka menaruh hormat kepadanya dan memahami mengapa sang Raja jatuh hati kepadanya. Sang Raja tertarik kepada si budak hitam bukan karena penampakan lahiriyahnya atau pun karena statusnya sebagai budak hitam, namun lebih karena hati yang dimiliki sang budak hitam yang melebihi hati para permaisuri sekalipun.

Kepatuhan sang budak kepada suaminya tanpa perhitungan yang melebihi dari para Wanita-wanita yang lain. Hati sang budak tidak mudah digoyahkan oleh silauan berlian, permata, bila bertentangan dari perintah Sang Raja suaminya.

KISAH MATAHARI DAN BULAN

     Zaman dahulu kala, ada dua matahari dan sungguh sangat panas. Kedua matahari tersebut bertugas secara bergiliran, di saat matahari yang satu bersinar, yang lainnya tidur. Begitu juga sebaliknya. Semua mahkluk di bumi sangat mengeluh tentang rasa panas dari kedua matahari ini. Suatu hari, diselenggarakan pertemuan dan salah satu mahkluk mengusulkan menghilangkan salah satu matahari. Tanpa ragu-ragu semua mahkluk setuju. Tetapi pertanyaannya adalah siapa yang mau melaksanakan tugas tersebut ? dan bagaimana tugas tersebut dilakukan ?

Setelah beberapa lama, pertemuan itu memutuskan untuk memilih semut sebagai eksekutornya. Saat itu semut sangat terkenal dengan keahliannya memanah yang luar biasa. Mulai saat itu, semut berusaha membidik matahari.Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya semut tersebut pun berhasil memanah satu matahari. Tetapi ternyata matahari yang lain mengetahui tentang hal ini, dan entah mengapa kedua matahari itu tiba-tiba tidak tampak lagi. Kesedihan pun melanda seluruh bumi, karena kedua matahari menghilang, maka seluruh alam semesta menjadi gelap gulita.Semua mahkluk menjadi sadar, mereka tidak dapat melakukan apapun tanpa cahaya matahari. Mereka sadar, bahwa telah melakukan kesalahan fatal dengan meminta semut memanah matahari. Lalu semua mahkluk mengadakan pertemuan lagi. Tema diskusi kali ini adalah bagaimana cara membuat matahari-matahari itu mau menampakkan diri.

Akhirnya, setelah melalui perdebatan yang panjang dan melelahkan, mereka memutuskan untuk meminta maaf dan memohon para matahari untuk kembali ke bumi. Sebagai utusan, manusialah yang diminta untuk mengemban misi ini. Karena saat itu manusia terkenal cerdik dan pandai mengolah kata. Dengan harapan tinggi, manusia pun menengadahkan diri di langit, dan mulai berteriak-teriak meminta maaf kepada para matahari, dan ternyata gagal. Berikutnya, mahkluk-mahkluk meminta kepada burung gagak untuk meminta maaf, tetapi gagal lagi. Akhirnya berbagai mahkluk pun bergiliran satu-persatu meminta maaf kepada matahari, tetapi semuanya tetap juga gagal.

Setelah beberapa lama, mahkluk-mahkluk tersebut mendapatkan ide baru. Mahkluk-mahkluk tersebut berpikir mungkin saat ini kedua matahari sedang tidur bersama, sehingga tidak mendengar permintaan maaf para mahkluk. Lalu mereka memutuskan untuk meminta semua ayam jago berkokok untuk membangunkan kedua matahari tersebut. Lalu semua ayam jago berkokok, tetapi tidak terjadi apa-apa. Semua ayam jago pun berkokok lagi untuk kedua kalinya, kali ini lebih keras lagi. Dan semua mahkluk merasakan mulai ada udara hangat mengalir di bumi, tetapi mereka belum melihat matahari muncul.

Ayam-ayam pun makin bersemangat, mereka berkokok dan melengking lebih keras lagi untuk ketiga kalinya. Dan perlahan-lahan, salah satu matahari muncul di ufuk timur, kemudian makin bersinar dan bersinar. Bumi pun kembali terang. Seluruh mahkluk pun bersorak dan berteriak kegirangan menyambut datangnya matahari.Lalu bagaimana dengan nasib matahari yang lain ? ternyata ia masih tertidur, dan ia baru terbangun saat matahari yang lain mulai tidur. Dan ternyata, setelah matahari kedua tersebut terbangun, para mahkluk melihat bahwa dia telah buta, dia tidak mampu lagi bersinar terang dan panas seperti dulu lagi. Rupanya hasil bidikan semut beberapa waktu lalu telah berhasil, semut telah berhasil membutakan mata matahari. Matahari yang buta tersebut kemudian dinamai ‘bulan’ oleh para mahkluk.

Inilah mengapa ayam jago selalu berkokok tiga kali sebelum matahari terbit. Dan hingga saat ini penduduk Myanmar masih sering bersorak-sorak menyambut matahari di pagi hari.

------------------

Beberapa hal yang bisa dipetik dari cerita ini : Semut, hewan yang sangat kecil, tetapi berhasil ‘memanah’ matahari. Manusia yang cerdik dan pandai mengolah kata ternyata gagal ‘meminta maaf’ kepada alam. Sedangkan Ayam jago hanya butuh waktu ‘tiga kali’ untuk membangunkan matahari.

GENGHIS KHAN DAN BURUNG ELANG

     Suatu hari Genghis Khan pergi berburu di hutan. Banyak sahabatnya yang menemaninya. Mereka menaiki kuda masing-masing, sembari membawa serta busur dan anak panah mereka. Mereka berharap bisa bersenang-senang dalam perburuan kali ini. Di salah satu pergelangan tangan sang kaisar, bertengger burung elang kesayangannya.

Pada masa itu, burung elang memang dilatih untuk berburu. Atas perintah sang pemilik, burung elang itu akan melayang terbang, dan mencari mangsa. Ketika berhasil melihat seekor rusa atau kelinci, burung elang itu akan terbang menukik ke bawah dengan gerakan cepat seperti layaknya anak panah.

Sepanjang hari Genghis Khan dan teman-teman berburunya menyusuri hutan. Namun, mereka belum juga bisa bersenang-senang seperti yang diharapkan. Menjelang gelap, mereka pun mulai bersiap-siap pulang. Genghis Khan sudah sering melewati hutan itu, sehingga ia sangat mengenali seluk-beluk jalur di dalam hutan. Karena itulah ketika sisa rombongan lainnya mengambil jalur yang lebih pendek, Genghis Khan memilih jalur yang lebih panjang dengan memutar melewati sebuah lembah di antara dua gunung. Cuaca hari itu lembap, sehingga membuat tenggorokan sang kaisar terasa kering. Burung kesayangannya pun terbang meninggalkan sang masternya.

Sementara itu, Genghis Khan menggerakkan kudanya perlahan. Dia merasa pernah melihat sebuah mata air yang jernih di dekat jalur yang sedang dilaluinya ini. Andaikan dia bisa menemukannya sekarang! Tapi sayangnya, musim panas yang sangat terik kali ini telah mengeringkan semua ceruk gunung. Betapa gembiranya sang kaisar begitu melihat ada sedikit air yang mengalir dari celah-celah bebatuan. Ia tahu ada sebuah mata air di sebelah sana. Di musim semi, aliran air yang deras selalu mengucur di sini, tapi sekarang alirannya sangat kecil.

Sang Kaisar melompat turun dari kuda. Ia mengeluarkan piala perak berukuran kecil dari tas berburunya. Dipegangnya erat-erat piala itu karena aliran air yang begitu pelan. Dengan begitu, dibutuhkan waktu yang lama untuk memenuhi piala itu. Setelah piala itu nyaris penuh, ia langsung meminumnya. Saat piala itu menyentuh bibirnya, tiba-tiba terdengar suara desing di udara. Piala itu terjatuh dari tangan sang kaisar. Seluruh airnya tumpah di tanah. Sang Kaisar menengadah, ingin tahu siapa yang melakukan hal itu. Ternyata, itu ulah binatang kesayangannya.

Elang itu terbang memutar beberapa kali, lalu hinggap di antara bebatuan di dekat mata air. Sang Kaisar mengambil piala itu, dan sekali lagi memeganginya untuk menampung aliran air yang mengalir pelan. Kali ini, ia tak butuh waktu lama untuk memenuhi pialanya. Ketika sudah penuh, ia mendekatkan piala itu ke mulutnya. Si Elang kembali terbang menukik dan menjatuhkan piala itu dari tangan sang kaisar.

Kali ini, marahlah Sang Kaisar. Dicobanya sekali untuk mengisi piala itu. Dan untuk ketiga kalinya, si Elang mencegahnya untuk meminum air di piala itu. Kemarahan Sang Kaisar sudah terasa di ubun-ubun. "Beraninya kau berbuat itu!" teriaknya. "Kalau saja kau ada di tanganku, akan aku remas lehermu itu!" Lalu, Sang Kaisar kembali mengisi pialanya. Tapi kali ini sebelum meminumnya, sang kaisar sudah menarik pedangnya. "Nah, Tuan Elang," kata sang kaisar, "ini yang terakhir kali."

Belum juga ia menyelesaikan kalimatnya, si Elang sudah menukik turun dan menjatuhkan piala dari tangan sang kaisar. Tapi kali ini sang kaisar melihat gerakannya. Dengan ayunan pedang yang cepat, sang kaisar menghunus pedangnya begitu si elang terbang melewatinya. Si Elang yang malang itu terjatuh dengan luka yang parah. Ia terlihat menderita di sisi kaki sang master. "Itulah hukumanmu," ucap Genghis Khan.

Namun ketika sedang mencari pialanya, sang kaisar melihat pialanya terjatuh di antara dua batu, yang sulit untuk diraihnya. "Aku akan minum dari mata air itu," katanya pada diri sendiri. Ia pun mulai mendaki tepian yang curam menuju mata air itu. Ternyata hal itu tidak mudah dilakukan. Semakin tinggi ia mendaki, semakin ia merasa haus. Tapi akhirnya ia bisa tiba di tujuan. Di sana memang ada sekolam penuh air. Tapi, apa gerangan yang terbaring di dalam kolam, dan memenuhi kolam itu? Ternyata itu adalah bangkai ular berukuran raksasa, jenis ular yang sangat berbisa. Seketika, sang kaisar berdiri terpaku. Ia lupa akan dahaganya. Yang dipikirkannya hanya burung malang yang terbaring di tanah tadi.

"Si Elang telah menyelamatkan nyawaku!" serunya. "Dan, bagaimana aku membalas budinya? Dia sahabat karibku, dan aku malah membunuhnya." Sang Kaisar merangkak menuruni tepian mata air. Dengan perlahan, diambilnya si Elang itu dan dimasukkannya ke dalam tas berburunya. Lalu, ia menaiki kudanya dan berkuda dengan cepat menuju rumah.

Sang Kaisar berkata pada dirinya sendiri, "Hari ini aku sudah mendapat pelajaran menyedihkan tapi sangat berharga. Ternyata, memang tindakan yang diambil saat dalam keadaan marah itu berakibat fatal."

---------
Dari kisah Genghis Khan di atas, kita bisa mengambil hikmah: jangan pernah mengambil suatu tindakan atau keputusan dalam keadaan marah, yang nantinya akan kita sesali. Jika amarah datang menyerang, berusahalah untuk mengontrol dan meredakannya. Pikirkan akibatnya. Kita perlu mempertimbangkan tindakan kita dan akibat-akibatnya. Kalau kita mampu mengendalikan kemarahan kita yang sekejap saja, kita bisa terbebas dari rasa penyesalan yang berlangsung berhari-hari.

Rabu, 21 Agustus 2013

LANTAI PUALAM DAN BATU PUALAM

    Alkisah terdapat sebuah museum yang lantainya terbuat dari batu pualam yang indah. Di tengah-tengah ruangan museum itu dipajang sebuah patung pualam pula yang sangat besar. Banyak orang datang dari seluruh dunia mengagumi keindahan patung pualam itu.

Suatu malam, lantai pualam itu berkata pada patung pualam.

Lantai Pualam: "Wahai patung pualam, hidup ini sungguh tidak adil. Benar-benar tidak adil! Mengapa orang-orang dari seluruh dunia datang kemari untuk menginjak-injak diriku tetapi mereka mengagumimu? Benar-benar tidak adil!"

Patung Pualam: "Oh temanku, lantai pualam yang baik. Masih ingatkah kau bahwa kita ini sesungguhnya berasal dari gunung batu yang sama?"

Lantai Pualam: "Tentu saja, justru itulah mengapa aku semakin merasakan ketidakadilan itu. Kita berasal dari gunung batu yang sama, tetapi sekarang kita menerima perlakuan yang berbeda. Benar- benar tidak adil!"

Patung Pualam: "Lalu apakah kau masih ingat ketika suatu hari seorang pemahat datang dan berusaha memahat dirimu, tetapi kau malah menolak dan merusakkan peralatan pahatnya?"

Lantai Pualam: "Ya, tentu saja aku masih ingat. Aku sangat benci pemahat itu. Bagaimana ia begitu tega menggunakan pahatnya untuk melukai diriku. Rasanya sakit sekali!"

Patung Pualam: "Kau benar! Pemahat itu tidak bisa mengukir dirimu sama sekali karena kau menolaknya."

Lantai Pualam: "Lalu?"

Patung Pualam: "Ketika ia memutuskan untuk tidak meneruskan pekerjaannya pada dirimu, lalu ia berusaha untuk memahat tubuhku. Saat itu aku tahu melalui hasil karyanya aku akan menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda. Aku tidak menolak peralatan pahatnya membentuk tubuhku. Aku berusaha untuk menahan rasa sakit yang luar biasa."

Lantai Pualam: "Mmmmmm…."

Patung Pualam: "Kawanku, ini adalah harga yang harus kita bayar pada segala sesuatu dalam hidup ini. Saat kau memutuskan untuk menyerah, kau tak boleh menyalahkan siapa-siapa atas apa yang terjadi pada dirimu sekarang."

Jumat, 09 Agustus 2013

3 PERSIMPANGAN JALAN

    Suatu hari seorang pemuda memutuskan untuk masuk kedalam hutan, setelah semalam ia mendapat petunjuk melalui sebuah mimpi bahwa didalam hutan sana ada harta karun.

Setelah memasuki hutan melalui jalan setapak, ia dihadapkan dengan 3 persimpangan jalan. Pemuda itu kebingungan untuk menentukan jalan mana yg harus ia pilih. Diseberang jalan nampak sebuah gubuk yg dihuni oleh seorang tua. Pemuda itu lalu bertanya kepada orang tua itu, jalan mana yg harus ia tempuh untuk mendapatkan harta karun?
Orang tua itu menjawab "jalan yg sebelah kiri".

Masuk lah pemuda itu kedalam hutan melalui jalan paling kiri. Tak berapa lama pemuda itu kembali kepada orang tua itu.

"Hei Pak tua.. aku tidak bisa melewati jalan yg sebelah kiri, jalan itu sepertinya buntu, didepan ada kubangan lumpur yg sangat panjang dan dalam. Manakah diantara jalan yg menuju ketempat harta karun itu?"

"Kau masuklah kejalan yg tengah" jawab Pak tua.

Pemuda itu masuk untuk memilih jalan yg tengah. Tapi tak lama kemudian ia kembali lagi kepada pak tua itu,

"Hei Pak tua.. sepertinya jalan yg tengah pun tak bisa, disana ada tebing yg sangat tinggi, aku tak bisa mendakinya. Jalan yg tersisa hanya jalan sebelah kanan. Apakah itu benar2 jalan menuju harta karun?"

"Kau masuk saja karena itu jalan terakhir satu satunya menuju tempat harta karun itu" jawab Pak tua.

Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk melewati jalan terakhir yaitu jalan sebelah kanan. Tapi tak berapa lama pemuda itu berbalik lari dengan napas ngos ngosan. Sambil marah marah pemuda itu berkata,

"Hei Pak tua..!! Kau mau membunuhku ya..? Didepan sana ada banyaK binatang buas, nyaris saja aku dimakanya."

Pak tua itu hanya manggut manggut sambil berkata,
"Anak muda.. ketiga jalan itu semuanya adalah jalan menuju harta karun. Semua jalan tidak semudah yg kau kira, semua nya penuh dengan rintangan. Untuk mengambil harta karun itu kau akan dihadapkan dengan berbagai macam pilihan dan harus melalui semua rintangan yg ada." kata Pak tua itu sambil berlalu.

---------------------------

Terkadang Tuhan tidak memberikan anugerah kepada hambanya itu dengan begitu saja. Terlebih dahulu Tuhan akan menguji hambanya dengan berbagai macam cobaan penderitaan sebelum menggantinya dengan sesuatu yg lebih baik. Tapi disaat Tuhan memberikan nya, terkadang kita akan dihadapkan dengan berbagai macam pilihan yg rumit. Tergantung diri kita sendiri, memilih untuk menentukannya atau hanya diam begitu saja dan tak akan mendapatkan apa2.

Sabtu, 27 Juli 2013

ANAK LAKI-LAKI DAN POHON APEL

     Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.

"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya".

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kesukaanmu."

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih. Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.

"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"

"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel.

"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
"Maaf anakku," kata pohon apel itu, "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."

"Tak apa, Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel.

"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
--------

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Kita mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya, dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

KISAH TUKANG PENCARI KAYU BAKAR

    Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki miskin yang mencari nafkahnya hanya dengan mengumpulkan kayu bakar lalu menjualnya di pasar. Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan. Bahkan, kadang-kadang tak mencukupi kebutuhannya. Tetapi, ia terkenal sebagai orang yang sabar.

Pada suatu hari, seperti biasanya dia pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar. Setelah cukup lama dia berhasil mengumpulkan sepikul besar kayu bakar. Ia lalu memikulnya di pundaknya sambil berjalan menuju pasar. Setibanya di pasar ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir orang-orang akan terkena ujung kayu yang agak runcing, ia lalu berteriak, "Minggir... minggir! kayu bakar mau lewat!."

Orang-orang pada minggir memberinya jalan dan agar mereka tidak terkena ujung kayu. Sementara, ia terus berteriak mengingatkan orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di hadapannya tanpa mempedulikan peringatannya. Kontan saja ia kaget sehingga tak sempat menghindarinya. Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu tersangkut di baju bangsawan itu dan merobeknya. Bangsawan itu langsung marah-marah kepadanya, dan tak menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak puas dengan itu, ia kemudian menyeret lelaki itu ke hadapan hakim. Ia ingin menuntut ganti rugi atas kerusakan bajunya.

Sesampainya di hadapan hakim, orang kaya itu lalu menceritakan kejadiannya serta maksud kedatangannya menghadap dengan si lelaki itu. Hakim itu lalu berkata, "Mungkin ia tidak sengaja." Bangsawan itu membantah. Sementara si lelaki itu diam saja seribu bahasa. Setelah mengajukan beberapa kemungkinan yang selalu dibantah oleh bangsawan itu, akhirnya hakim mengajukan pertanyaan kepada lelaki tukang kayu bakar itu. Namun, setiap kali hakim itu bertanya, ia tak menjawab sama sekali, ia tetap diam. Setelah beberapa pertanyaan yang tak dijawab berlalu, sang hakim akhirnya berkata pada bangsawan itu, "Mungkin orang ini bisu, sehingga dia tidak bisa memperingatkanmu ketika di pasar tadi."

Bangsawan itu agak geram mendengar perkataan hakim itu. Ia lalu berkata,"Tidak mungkin! Ia tidak bisu wahai hakim. Aku mendengarnya berteriak dipasar tadi. Tidak mungkin sekarang ia bisu!" dengan nada sedikit emosi."Pokoknya saya tetap minta ganti," lanjutnya.

Dengan tenang sambil tersenyum, sang hakim berkata, "Kalau engkau mendengar teriakannya, mengapa engkau tidak minggir?" Jika ia sudah memperingatkan, berarti ia tidak bersalah. Anda yang kurang memperdulikan peringatannya."

Mendengar keputusan hakim itu, bangsawan itu hanya bisa diam dan bingung. Ia baru menyadari ucapannya ternyata menjadi bumerang baginya. Akhirnya ia pun pergi. Dan, lelaki tukang kayu bakar itu pun pergi. Ia selamat dari tuduhan dan tuntutan bangsawan itu dengan hanya diam.

--------

Dari cerita diatas sama sekali tidak mengajarkan untuk diam dalam segala hal. namun ada kalanya dengan diam bisa menyelamatkan seseorang dari bahaya, kerena jika tanpa dibekali dengan pengetahuan, tentunya lidah itu lebih berbahaya dari pada sebilah pedang dan bisa menjadi bumerang bagi pemiliknya.

KUE DARI TUHAN

     Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dia harapkan.
Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport, putus dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya pindah ke luar kota.

Saat itu Sang Ibu sedang membuat kue, dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya, dengan senang hati dia berkata,"Tentu saja mom, I love your cake."

"Nih, cicipi mentega ini," kata Sang Ibu menawarkan.

"Yaiks," ujar anaknya.

"Bagaimana dengan telur mentah".??? Kata Sang Ibu lagi.

"Jangan bercanda Mom..!!."

"Mau coba tepung terigu atau baking soda."???

"Mom, semua itu menjijikkan"

Lalu Sang Ibu  menjawab," Ya.. semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yang benar, akan menjadi kue yang enak.

Tuhan bekerja dengan cara yang sama. Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan?
Tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dengan rancangan-Nya, segala sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada waktunya.

KISAH ORANG TUA BIJAK DAN KUDA PUTIHNYA

   Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat.

Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak :
"Kuda ini bukan kuda bagi saya", katanya : "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat ?" Orang itu miskin. Tetapi ia tetap tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh", mereka mengejek dia : "Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Kamu begitu miskin... Mana mungkin Kamu dapat melindungi binatang yang begitu berharga ? Sebaiknya kamu menjualnya. Kamu boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan kamu dikutuk oleh kemalangan".

Orang tua itu menjawab : "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu, selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu ? Bagaimana Anda dapat menghakimi ?".

Orang-orang desa itu protes : "Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak diperlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan".

Orang tua itu berbicara lagi : "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti ?"

Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol, kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan : "Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami".

"Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat ? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai ? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku ? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan ? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu". Jawab orang tua itu.

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai.
"Kamu benar", kata mereka : "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu... Sekarang kamu lebih miskin lagi.

Orang tua itu berbicara lagi : "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan ? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong".

Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang-orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. "Kamu benar, orang tua", mereka menangis : "Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya".

Orang tua itu berbicara lagi : "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini : anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Tuhan yang tahu".

--------
Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.

KISAH LILIN DAN KOREK API

     Disebuah rumah mungil dipinggir hutan, tinggal sebatang lilin kecil. Ketika hari menjelang malam pemilik rumah tersebut menyalakan lilin kecil itu. Tiba-tiba datang angin besar menerobos masuk ke jendela rumah itu. Wusshh! Si Lilin Kecil ini merasakan apinya telah padam. “Aduh, aku harus segera mencari cahaya, hari sudah semakin gelap”, kata Lilin Kecil dengan panik.

Si Lilin Kecil lalu keluar dari rumah itu dan berteriak kepada Matahari, “Matahari, bolehkah aku meminta sedikit cahayamu?”

“Ooo! Mana mungkin Nak, jarak kita kan terlalu jauh! Lagipula Aku harus segera pulang, karena malam akan tiba. Daah”, kata Matahari dengan terburu-buru.

Hari sudah beranjak malam, si Lilin Kecil terus berjalan mencari cahaya. Tiba-tiba dia melihat kilatan lampu mobil, dengan terburu-buru dia mengejar cahaya lampu mobil itu.

“Tunggu! Tunggu! Lampu mobil, tolonglah aku!”, teriak Lilin Kecil sambil berlari-lari.

“Aduh!”, jerit Lilin Kecil, rupanya dia berlari dengan menggebu-gebu sehingga tidak melihat jalan dan menabrak tiang listrik.

“Lilin Kecil hati-hatilah kalau berjalan,” kata Tiang Listrik.

“Oh, maafkan aku, sebenarnya aku hanya ingin meminta sedikit cahaya, tetapi tidak ada yang menghiraukan aku,” kata Lilin Kecil tertunduk sedih.

“Sudahlah jangan bersedih hati,” kata Tiang Listrik. “Aku punya teman kecil bernama Lampu Meja. Dia tinggal diseberang jalan itu. Cobalah menemuinya, mungkin dia bisa membantu masalahmu.”

Seketika itu wajah Lilin Kecil berubah gembira, setelah mengucapkan terima kasih kepada Tiang Listrik. Lilin kecil pergi menemui si Lampu Meja.

“Cobalah masukkan sumbumu kedalam saklar itu, Aku mendapatkan cahaya juga berasal dari sana”, saran si Lampu Meja. Si Lilin Kecil itu dengan tidak sabar menancapkan sumbunya kedalam saklar tersebut. Tetapi kok tidak terjadi reaksi apa-apa ya. Berulang kali dicobanya, namun tetap tidak berhasil. Dengan hati kecewa Si Lilin Kecil meninggalkan tempat itu.

Si Lilin Kecil pulang dengan menundukkan kepala dan langkah gontai. Dia merasa benar-benar putus asa. Ketika pikirannya sedang berkecamuk sedih, tiba-tiba dia mendengar jeritan mengaduh. Oh, rupanya si Lilin Kecil lagi-lagi menabrak sesuatu.

“Aduh! Maafkan Aku Korek Api, Aku tidak melihatmu karena Aku sibuk memikirkan kemana lagi mencari cahaya,” kata Lilin Kecil.

“Oh, kamu sedang mencari cahaya? Cepatlah julurkan sumbumu kesini, aku punya cahaya,” kata si Korek Api.

“Waah, benarkah? Baiklah kalau begitu”, kata si Lilin Kecil penuh semangat.

“Aduh Korek Api, Engkau baik hati sekali mau membantuku. Maukah engkau menjadi temanku?”

“Aku senang menjadi temanmu, Lilin Kecil. Ttt…tapi aku akan segera mati”, kata Korek Api dengan lemas.

“Tidak, tidak, aku tidak mau begini! Janganlah mati,” kata Lilin Kecil sambil menangis tersedu-sedu.

“Jjj…jangan sedih Lilin Kecil. Meskipun aku sudah tiada, tetapi cahayaku senantiasa berada di tubuhmu.”

Dan akhirnya si Korek Api itu benar-benar telah mati, namun cahaya Lilin Kecil telah menerangi rumah mungil itu sepanjang malam.

-------
Lilin Kecil ini menggambarkan sebuah perjuangan dan ketulusan hati demi penerangan disekelilingnya, sedangkan si Korek api menggambarkan sebuah pengorbanan sampai akhir hayatnya juga demi orang lain.
Persahabatan antara Lilin Kecil dan Korek Api walaupun sekejap, namun kerukunan dan ketulusan mereka telah memberikan manfaat yang besar kepada lingkungan sekitar.

KISAH 2 MALAIKAT PENGEMBARA

      Alkisah, ada dua malaikat pengembara yang tengah turun ke bumi. Mereka memutuskan untuk bermalam di rumah sebuah keluarga kaya raya. Keluarga itu menyambut mereka dengan dingin dan tidak memberikan kamar tidur tamu sebagai tempat istirahat kedua malaikat itu. Malaikat itu malah diberikan sebuah tempat di ruang bawah tanah yang dingin dan berdebu.
Setelah menyiapkan alas tidur di atas lantai yang keras, malaikat yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding dan memperbaikinya. Ketika malaikat yang lebih muda bertanya alasannya, malaikat yang lebih tua hanya menjawab, "Sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya".

Malam berikutnya, kedua malaikat itu mengunjungi rumah sebuah keluarga miskin. Di sini, mereka disambut dengan hangat. Petani dan istrinya yang sangat baik dan ramah bahkan memberikan makanan mereka yang hanya sedikit dan juga membiarkan kedua malaikat bermalam di ranjang mereka.
Begitu matahari terbit keesokan harinya, malaikat itu menemukan si petani dan istrinya sedang menangis. Sapi mereka satu-satunya, yang menghasilkan susu sebagai nafkah hidup mereka, terbaring mati di ladang.

Malaikat yang lebih muda menjadi kesal dan bertanya kepada malaikat yang lebih tua,
"Kenapa kamu tega membiarkan semuanya ini terjadi?! Keluarga yang pertama punya segalanya, tapi kamu menolong mereka. Keluarga ini berkekurangan dan malah mau berbagi segalanya, tapi kamu membiarkan sapi mereka mati."

Seperti biasanya, malaikat yang lebih tua memberi jawab,

"Sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya". Namun kali ini, dia meneruskannya dengan berkata, "Ketika kita bermalam di ruang bawah tanah di rumah megah itu, aku melihat ada bongkahan emas yang tersimpan di ruang di balik lubang dinding itu. Karena pemilik rumah itu sangat serakah dan tidak mau berbagi kekayaannya, aku menutup lubang dinding itu supaya dia tidak akan menemukannya. Lalu, semalam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat kematian menyambangi istri si petani. Aku justru berusaha menawar dengan memberikan sapi kepada sang malaikat kematian itu. Sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya."

-------
Terkadang seperti itulah yang terjadi ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita. Kita hanya perlu percaya bahwa setiap hal, entah itu keberuntungan atau kemalangan, terjadi demi kebaikan kita dan Kita mungkin tidak mengetahuinya hingga akhirnya semuanya itu terungkap bahwa
"sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana mestinya"
Tetaplah berbaik sangka kepada Tuhan yang maha kuasa bahwa segala sesuatu yang diberikannya adalah yang terbaik untuk kita.