Selasa, 27 Agustus 2013

KETIKA CINTA SEDANG DI UJI

       Seorang Perempuan memberikan tantangan kepada kekasihnya untuk hidup tanpa dirinya selama 3 Tahun, untuk tidak ada komunikasi sama sekali antara mereka selama 6 bulan. Selama itu ia hanya ingin berfokus pada pekerjaan dan dirinya.

Dia berkata pada kekasihnya, "Biarkan jodoh yg menentukan, jika kamu bisa melewati semua itu, aku akan kembali padamu dan mencintai kamu selamanya".

Si Laki2 pun dengan berat hati akhirnya menyetujui keputusan kekasihnya itu. Tanpa disadari matanya mulai berkaca-kaca dan air matanya  mulai menetes perlahan-lahan. Sejak saat itu dia tidak sms atau menelpon kekasihnya itu. Hari-harinya ia jalani sendiri dengan penuh kegalauan.

Hari demi hari telah berlalu.. Tanpa Si Perempuan ketahui bahwa kekasihnya itu hanya memiliki waktu sedikit untuk hidup, karena dia terkena penyakit sirosis.

6 bulan kemudian si perempuan mencoba menghubunginya dengan telpon berulang kali Namun tak ada yg menjawabnya. Hingga akhirnya terdengar suara namun itu bukanlah dari Sang kekasih melainkan saudara laki2 nya yaitu kakak dari kekasihnya itu.

Sang kakak pun menjawabnya dan memberitahukan bahwa adiknya itu telah tiada. "sesekali dia hanya memanggil namamu"

Seketika itu juga Air mata si perempuan pun tiba2 menetes mendengar kabar bahwa kekasihnya telah tiada dan meninggalkannya selama-lamanya.

Di akhir hidupnya si laki2 meninggalkan sebuah pesan surat buat perempuan kekasihnya itu yg tertulis "Kamu Berhasil Sayang, bisakah kamu lakukan itu setiap hari? AKU SANGAT MENCINTAIMU.. ?? JAGA DIRIMU BAIK-BAIK YA"
Si perempuan hanya mampu menitikkan air mata...

--------------
Jangan pernah kehilangan komunikasi dengan orang2 yang kita sayangi, karena kita tak akan pernah tahu apa yang terjadi pada nya. Sayangi dirinya sewaktu dia masih ada di dekatmu jangan pernah sekali-kali menyia-nyiakannya...

KISAH BIJAK KONG HU CHU

      Yan Hui adalah murid kesayangan Khong Hu Chu yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
Pembeli berteriak: "3x8=23, kenapa kamu bilang 24?

"Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8=24, tidak usah diperdebatkan lagi".

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Khong Hu Chu. Benar atau salah Khong Hu Chu yang berhak mengatakan".

Yan Hui: "Baik, jika Maha Guru mengatakan kamu salah,bagaimana?"
Pembeli kain: "Kalau Khong Hu Chu bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Sang Maha Guru. Setelah Khong Hu Chu tahu duduk persoalannya, Dia  berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8=23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia."

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan Sang Maha Guru. Ketika mendengar Khong Hu Chu bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yan Hui menerima penilaian Sang Maha Guru tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Sang Maha Guru sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Maha Guru tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.

Sebelum berangkat, Yan Hui berpamitan, Sang Maha Guru memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat untuk yg terakhir kalinya: "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."

Yan Hui berkata "baiklah" lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Sang Maha Guru dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat Maha Guru yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Sang Maha Guru, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali kepada Khong Hu Chu , berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"

Khong Hu Chu berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."

Khong Hu Chu berkata: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."

Sejak itu, kemanapun Sang Maha Guru pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

--------------
Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.
Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang

LAMPU MERAH DAN KESEDIHAN

   Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Priit..!!! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu kan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.
“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Jack.” Tanpa senyum.

“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah. Oh ya?... Tampaknya Bob agak ragu. Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

Ooo... sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi. “Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM mu.”

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang.
Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya. Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

“Halo Jack...
Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayangnya Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan  berkenan mengaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah...!  (Bob)

Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.

-----------------
Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi, suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.

CINTA YANG SEMPURNA

    Ada sepasang suami isteri, dimana sang isteri adalah wanita yang sangat amat cantik tanpa cacat sedikit pun. Si suami begitu sangat mencintai sang isteri, begitu juga isterinya.

Kala itu, sedang maraknya tersebar penyakit kulit yang akibatnya merusak keindahan kulit dan sang isteri merasa dirinya tertular. Wajahnya pun mulai hancur digerogoti penyakit tersebut.

Pada saat itu sang suami sedang berada di luar kota dan belum mengetahui bahwa isterinya terserang penyakit kulit yang ganas. Dalam perjalanan pulang, sang suami mengalami kecelakaan yang akibatnya suaminya menjadi buta.

Dari hari ke hari....
Sang isteri yang pada mulanya bidadari berubah menjadi wanita yang amat jelek dan menyeramkan, namun sang suami tak bisa melihat dan kehidupan mereka pun berjalan seperti biasa, penuh kasih sayang dan cinta seperti awal mereka menikah.

berjalan 40 tahun, sang isteri meninggal, sang suami sangat bersedih dan merasa kehilangan sekali. Setelah pemakaman, sang suami adalah orang terakhir yang keluar dari pemakaman sang isteri. Ketika berjalan, datanglah seorang menyapa,

"Pak, bapak mau kemana?"

Dia pun menjawab, "Saya mau pulang"

Mendengar jawaban itu, orang tersebut bersedih dengan keadaan dia yang buta dan hidup sendiri. Lalu orang tersebut berkata, "Bukankah bapak buta dan selalu bergandengan dengan sang isteri? Gimana sekarang bapak mau pulang sendiri?"

Lalu dia menjawab, "Sebenarnya saya tidak buta, selama 40 tahun saya hanya berpura-pura buta agar isteri saya tidak minder atau rendah diri, kalau saya mengetahui bahwa dia sakit dan wajahnya berubah menjadi menakutkan".

---------------
Terimalah pasangan kita apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya karena kita bukan mencari orang yang sempurna tetapi bagaimana mencintai pasangan dengan cara yang sempurna dalam situasi dan kondisi apapun...
ITULAH CINTA YANG SEMPURNA...

Sabtu, 24 Agustus 2013

FILSAFAT POHON

   Dalam sebuah perjalanan seorang ayah dengan puteranya, sebatang pohon kayu nan tinggi ternyata menjadi hal yang menarik untuk mereka simak. Keduanya pun berhenti di bawah rindangnya pohon tersebut.

“Anakku,” ucap sang ayah tiba-tiba. Anak usia belasan tahun ini pun menatap lekat ayahnya. Dengan sapaan seperti itu, sang anak paham kalau ayahnya akan mengucapkan sesuatu yang serius.

“Adakah pelajaran yang bisa kau sampaikan dari sebuah pohon?” lanjut sang ayah sambil tangan kanannya meraih batang pohon di dekatnya.

“Menurutku, pohon bisa jadi tempat berteduh yang nyaman, penyimpan air yang bersih dari kotoran, dan penyeimbang kesejukan udara,” jawab sang anak sambil matanya menanti sebuah kepastian.

“Bagus,” jawab spontan sang ayah. “Tapi, ada hal lain yang menarik untuk kita simak dari sebuah pohon,” tambah sang ayah sambil tiba-tiba wajahnya mendongak ke ujung dahan yang paling atas.

“Perhatikan ujung pepohonan yang kamu lihat. Semuanya tegak lurus ke arah yang sama. Walaupun ia berada di tanah yang miring, pohon akan memaksa dirinya untuk tetap lurus menatap cahaya,” jelas sang ayah.

“Anakku,” ucap sang ayah sambil tiba-tiba tangan kanannya meraih punggung puteranya. “Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” ungkap sang ayah begitu berkesan.**

Keadaan tanah kehidupan yang kita pijak saat ini, kadang tidak berada pada hamparan luas nan datar. Selalu saja ada keadaan tidak seperti yang kita inginkan. Ada tebing nan curam, ada tanjakan yang melelahkan, ada turunan landai yang melenakan, dan ada lubang-lubang yang muncul di luar dugaan.

Pepohonan, seperti yang diucapkan sang ayah kepada puteranya, selalu memposisikan diri pada kekokohan untuk selalu tegak lurus mengikuti sumber cahaya kebenaran. Walaupun berada di tebing ancaman, tanjakan hambatan, turunan godaan, dan lubang jebakan.

“Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran.”

------------
Sahabat, Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” Siapapun Anda, bagaimanapun Anda, dan Dimanapun anda... tatap dan ikutilah cahaya lurus kebenaran... karena bila tidak anda akan tersesat dalam kegelapan. Dan Bila terperangkap dalam gelap, jangan mengutuki kegelapan, tapi nyalakan lah cayaha walaupun dengan Lilin..

KISAH ZUNNUN AL-MISRI DAN CINCIN EMAS

     Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain?....."

Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Anak muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?." Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas?. Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu." "Cobalah dulu, Anak muda. Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak.

Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak." Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata,

"Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar." Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi Anak muda.

------------
Seseorang tak bisa dinilai hanya dari segi pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".

Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses yang tidak mudah.
Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas."

KISAH RAJA DAN BUDAK

     Alkisah seorang Raja yang memiliki seorang budak perempuan yang berparas buruk, berkulit hitam, dan tidak enak dipandang mata.

Pada suatu hari, Raja menaburkan uang untuk semua budaknya. Para budak saling berebut dan berlomba untuk mendapatkan uang tersebut kecuali seorang budak perempuan hitam yang buruk rupa itu. Ia tetap diam dan hanya memandang wajah Baginda Raja merasa amat keheranan dan bertanya, “Mengapa kau diam saja? Ikutlah bersama teman-temanmu memperebutkan uang.”
Budak itu menjawab, “Wahai Baginda Raja, jika semua budak berlomba untuk mendapatkan uang taburan Baginda, maka yang hamba impikan berbeda dengan mereka. Yang hamba angankan bukan uang taburan itu tapi yang hamba inginkan adalah sang pemilik uang taburan itu.”

Mendengar jawaban budak itu, Sang Raja tercengang dan merasa takjub. Karena rasa kagumnya, ia jadikan budak itu sebagai permaisurinya. Berita perkawinan seorang raja dengan budaknya tersebar kepada para pejabat lainnya. Mereka semua mencemooh dan mencela Sang Raja yang mempersunting seorang budak hitam. Raja mendengar semua cemoohan ini, ia lalu mengumpulkan semua pejabat itu dan menegur mereka. Kemudian Raja memerintahkan untuk mengumpulkan semua Wanita di negerinya. Ketika semua Wanita telah berkumpul di hadapan Raja, Sang Raja memberikan kepada masing-masing Wanita segelas berlian untuk dihancurkan. Namun, semua Wanita menolak pemberian itu. Kecuali si budak hitam yang buruk rupa itu. Tanpa ragu, gelas itu diterima dan ia pecahkan. Menyaksikan hal ini, para pejabat itu berkata,
“Lihatlah budak hitam yang berperilaku sangat menjijikan ini!”

Raja lalu menoleh ke arah budak hitamnya dan bertanya,
“Mengapa kau hancurkan gelas itu?”

Budak hitam menjawab, “Aku lakukan hal ini karena perintahmu. Menurut pendapat hamba, jika gelas ini aku pecahkan, berarti aku telah mengurangi perbendaharaan Baginda Raja. Tapi jika hamba tidak lakukan perintah Baginda, berarti hamba telah melanggar titah Raja. Bila gelas ini hamba hancurkan, hamba pastilah seorang yang gila. Namun bila gelas ini tidak hamba pecahkan, berarti hamba telah melanggar perintah Raja. Bagiku, pilihan yang pertama lebih mulia daripada yang kedua.”

Mendengar jawaban yang singkat itu, semua pejabat yang hadir di tempat itu tercengang dan mengakui kecerdasan budak hitam itu. Akhirnya mereka menaruh hormat kepadanya dan memahami mengapa sang Raja jatuh hati kepadanya. Sang Raja tertarik kepada si budak hitam bukan karena penampakan lahiriyahnya atau pun karena statusnya sebagai budak hitam, namun lebih karena hati yang dimiliki sang budak hitam yang melebihi hati para permaisuri sekalipun.

Kepatuhan sang budak kepada suaminya tanpa perhitungan yang melebihi dari para Wanita-wanita yang lain. Hati sang budak tidak mudah digoyahkan oleh silauan berlian, permata, bila bertentangan dari perintah Sang Raja suaminya.

KISAH MATAHARI DAN BULAN

     Zaman dahulu kala, ada dua matahari dan sungguh sangat panas. Kedua matahari tersebut bertugas secara bergiliran, di saat matahari yang satu bersinar, yang lainnya tidur. Begitu juga sebaliknya. Semua mahkluk di bumi sangat mengeluh tentang rasa panas dari kedua matahari ini. Suatu hari, diselenggarakan pertemuan dan salah satu mahkluk mengusulkan menghilangkan salah satu matahari. Tanpa ragu-ragu semua mahkluk setuju. Tetapi pertanyaannya adalah siapa yang mau melaksanakan tugas tersebut ? dan bagaimana tugas tersebut dilakukan ?

Setelah beberapa lama, pertemuan itu memutuskan untuk memilih semut sebagai eksekutornya. Saat itu semut sangat terkenal dengan keahliannya memanah yang luar biasa. Mulai saat itu, semut berusaha membidik matahari.Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya semut tersebut pun berhasil memanah satu matahari. Tetapi ternyata matahari yang lain mengetahui tentang hal ini, dan entah mengapa kedua matahari itu tiba-tiba tidak tampak lagi. Kesedihan pun melanda seluruh bumi, karena kedua matahari menghilang, maka seluruh alam semesta menjadi gelap gulita.Semua mahkluk menjadi sadar, mereka tidak dapat melakukan apapun tanpa cahaya matahari. Mereka sadar, bahwa telah melakukan kesalahan fatal dengan meminta semut memanah matahari. Lalu semua mahkluk mengadakan pertemuan lagi. Tema diskusi kali ini adalah bagaimana cara membuat matahari-matahari itu mau menampakkan diri.

Akhirnya, setelah melalui perdebatan yang panjang dan melelahkan, mereka memutuskan untuk meminta maaf dan memohon para matahari untuk kembali ke bumi. Sebagai utusan, manusialah yang diminta untuk mengemban misi ini. Karena saat itu manusia terkenal cerdik dan pandai mengolah kata. Dengan harapan tinggi, manusia pun menengadahkan diri di langit, dan mulai berteriak-teriak meminta maaf kepada para matahari, dan ternyata gagal. Berikutnya, mahkluk-mahkluk meminta kepada burung gagak untuk meminta maaf, tetapi gagal lagi. Akhirnya berbagai mahkluk pun bergiliran satu-persatu meminta maaf kepada matahari, tetapi semuanya tetap juga gagal.

Setelah beberapa lama, mahkluk-mahkluk tersebut mendapatkan ide baru. Mahkluk-mahkluk tersebut berpikir mungkin saat ini kedua matahari sedang tidur bersama, sehingga tidak mendengar permintaan maaf para mahkluk. Lalu mereka memutuskan untuk meminta semua ayam jago berkokok untuk membangunkan kedua matahari tersebut. Lalu semua ayam jago berkokok, tetapi tidak terjadi apa-apa. Semua ayam jago pun berkokok lagi untuk kedua kalinya, kali ini lebih keras lagi. Dan semua mahkluk merasakan mulai ada udara hangat mengalir di bumi, tetapi mereka belum melihat matahari muncul.

Ayam-ayam pun makin bersemangat, mereka berkokok dan melengking lebih keras lagi untuk ketiga kalinya. Dan perlahan-lahan, salah satu matahari muncul di ufuk timur, kemudian makin bersinar dan bersinar. Bumi pun kembali terang. Seluruh mahkluk pun bersorak dan berteriak kegirangan menyambut datangnya matahari.Lalu bagaimana dengan nasib matahari yang lain ? ternyata ia masih tertidur, dan ia baru terbangun saat matahari yang lain mulai tidur. Dan ternyata, setelah matahari kedua tersebut terbangun, para mahkluk melihat bahwa dia telah buta, dia tidak mampu lagi bersinar terang dan panas seperti dulu lagi. Rupanya hasil bidikan semut beberapa waktu lalu telah berhasil, semut telah berhasil membutakan mata matahari. Matahari yang buta tersebut kemudian dinamai ‘bulan’ oleh para mahkluk.

Inilah mengapa ayam jago selalu berkokok tiga kali sebelum matahari terbit. Dan hingga saat ini penduduk Myanmar masih sering bersorak-sorak menyambut matahari di pagi hari.

------------------

Beberapa hal yang bisa dipetik dari cerita ini : Semut, hewan yang sangat kecil, tetapi berhasil ‘memanah’ matahari. Manusia yang cerdik dan pandai mengolah kata ternyata gagal ‘meminta maaf’ kepada alam. Sedangkan Ayam jago hanya butuh waktu ‘tiga kali’ untuk membangunkan matahari.

GENGHIS KHAN DAN BURUNG ELANG

     Suatu hari Genghis Khan pergi berburu di hutan. Banyak sahabatnya yang menemaninya. Mereka menaiki kuda masing-masing, sembari membawa serta busur dan anak panah mereka. Mereka berharap bisa bersenang-senang dalam perburuan kali ini. Di salah satu pergelangan tangan sang kaisar, bertengger burung elang kesayangannya.

Pada masa itu, burung elang memang dilatih untuk berburu. Atas perintah sang pemilik, burung elang itu akan melayang terbang, dan mencari mangsa. Ketika berhasil melihat seekor rusa atau kelinci, burung elang itu akan terbang menukik ke bawah dengan gerakan cepat seperti layaknya anak panah.

Sepanjang hari Genghis Khan dan teman-teman berburunya menyusuri hutan. Namun, mereka belum juga bisa bersenang-senang seperti yang diharapkan. Menjelang gelap, mereka pun mulai bersiap-siap pulang. Genghis Khan sudah sering melewati hutan itu, sehingga ia sangat mengenali seluk-beluk jalur di dalam hutan. Karena itulah ketika sisa rombongan lainnya mengambil jalur yang lebih pendek, Genghis Khan memilih jalur yang lebih panjang dengan memutar melewati sebuah lembah di antara dua gunung. Cuaca hari itu lembap, sehingga membuat tenggorokan sang kaisar terasa kering. Burung kesayangannya pun terbang meninggalkan sang masternya.

Sementara itu, Genghis Khan menggerakkan kudanya perlahan. Dia merasa pernah melihat sebuah mata air yang jernih di dekat jalur yang sedang dilaluinya ini. Andaikan dia bisa menemukannya sekarang! Tapi sayangnya, musim panas yang sangat terik kali ini telah mengeringkan semua ceruk gunung. Betapa gembiranya sang kaisar begitu melihat ada sedikit air yang mengalir dari celah-celah bebatuan. Ia tahu ada sebuah mata air di sebelah sana. Di musim semi, aliran air yang deras selalu mengucur di sini, tapi sekarang alirannya sangat kecil.

Sang Kaisar melompat turun dari kuda. Ia mengeluarkan piala perak berukuran kecil dari tas berburunya. Dipegangnya erat-erat piala itu karena aliran air yang begitu pelan. Dengan begitu, dibutuhkan waktu yang lama untuk memenuhi piala itu. Setelah piala itu nyaris penuh, ia langsung meminumnya. Saat piala itu menyentuh bibirnya, tiba-tiba terdengar suara desing di udara. Piala itu terjatuh dari tangan sang kaisar. Seluruh airnya tumpah di tanah. Sang Kaisar menengadah, ingin tahu siapa yang melakukan hal itu. Ternyata, itu ulah binatang kesayangannya.

Elang itu terbang memutar beberapa kali, lalu hinggap di antara bebatuan di dekat mata air. Sang Kaisar mengambil piala itu, dan sekali lagi memeganginya untuk menampung aliran air yang mengalir pelan. Kali ini, ia tak butuh waktu lama untuk memenuhi pialanya. Ketika sudah penuh, ia mendekatkan piala itu ke mulutnya. Si Elang kembali terbang menukik dan menjatuhkan piala itu dari tangan sang kaisar.

Kali ini, marahlah Sang Kaisar. Dicobanya sekali untuk mengisi piala itu. Dan untuk ketiga kalinya, si Elang mencegahnya untuk meminum air di piala itu. Kemarahan Sang Kaisar sudah terasa di ubun-ubun. "Beraninya kau berbuat itu!" teriaknya. "Kalau saja kau ada di tanganku, akan aku remas lehermu itu!" Lalu, Sang Kaisar kembali mengisi pialanya. Tapi kali ini sebelum meminumnya, sang kaisar sudah menarik pedangnya. "Nah, Tuan Elang," kata sang kaisar, "ini yang terakhir kali."

Belum juga ia menyelesaikan kalimatnya, si Elang sudah menukik turun dan menjatuhkan piala dari tangan sang kaisar. Tapi kali ini sang kaisar melihat gerakannya. Dengan ayunan pedang yang cepat, sang kaisar menghunus pedangnya begitu si elang terbang melewatinya. Si Elang yang malang itu terjatuh dengan luka yang parah. Ia terlihat menderita di sisi kaki sang master. "Itulah hukumanmu," ucap Genghis Khan.

Namun ketika sedang mencari pialanya, sang kaisar melihat pialanya terjatuh di antara dua batu, yang sulit untuk diraihnya. "Aku akan minum dari mata air itu," katanya pada diri sendiri. Ia pun mulai mendaki tepian yang curam menuju mata air itu. Ternyata hal itu tidak mudah dilakukan. Semakin tinggi ia mendaki, semakin ia merasa haus. Tapi akhirnya ia bisa tiba di tujuan. Di sana memang ada sekolam penuh air. Tapi, apa gerangan yang terbaring di dalam kolam, dan memenuhi kolam itu? Ternyata itu adalah bangkai ular berukuran raksasa, jenis ular yang sangat berbisa. Seketika, sang kaisar berdiri terpaku. Ia lupa akan dahaganya. Yang dipikirkannya hanya burung malang yang terbaring di tanah tadi.

"Si Elang telah menyelamatkan nyawaku!" serunya. "Dan, bagaimana aku membalas budinya? Dia sahabat karibku, dan aku malah membunuhnya." Sang Kaisar merangkak menuruni tepian mata air. Dengan perlahan, diambilnya si Elang itu dan dimasukkannya ke dalam tas berburunya. Lalu, ia menaiki kudanya dan berkuda dengan cepat menuju rumah.

Sang Kaisar berkata pada dirinya sendiri, "Hari ini aku sudah mendapat pelajaran menyedihkan tapi sangat berharga. Ternyata, memang tindakan yang diambil saat dalam keadaan marah itu berakibat fatal."

---------
Dari kisah Genghis Khan di atas, kita bisa mengambil hikmah: jangan pernah mengambil suatu tindakan atau keputusan dalam keadaan marah, yang nantinya akan kita sesali. Jika amarah datang menyerang, berusahalah untuk mengontrol dan meredakannya. Pikirkan akibatnya. Kita perlu mempertimbangkan tindakan kita dan akibat-akibatnya. Kalau kita mampu mengendalikan kemarahan kita yang sekejap saja, kita bisa terbebas dari rasa penyesalan yang berlangsung berhari-hari.

Rabu, 21 Agustus 2013

LANTAI PUALAM DAN BATU PUALAM

    Alkisah terdapat sebuah museum yang lantainya terbuat dari batu pualam yang indah. Di tengah-tengah ruangan museum itu dipajang sebuah patung pualam pula yang sangat besar. Banyak orang datang dari seluruh dunia mengagumi keindahan patung pualam itu.

Suatu malam, lantai pualam itu berkata pada patung pualam.

Lantai Pualam: "Wahai patung pualam, hidup ini sungguh tidak adil. Benar-benar tidak adil! Mengapa orang-orang dari seluruh dunia datang kemari untuk menginjak-injak diriku tetapi mereka mengagumimu? Benar-benar tidak adil!"

Patung Pualam: "Oh temanku, lantai pualam yang baik. Masih ingatkah kau bahwa kita ini sesungguhnya berasal dari gunung batu yang sama?"

Lantai Pualam: "Tentu saja, justru itulah mengapa aku semakin merasakan ketidakadilan itu. Kita berasal dari gunung batu yang sama, tetapi sekarang kita menerima perlakuan yang berbeda. Benar- benar tidak adil!"

Patung Pualam: "Lalu apakah kau masih ingat ketika suatu hari seorang pemahat datang dan berusaha memahat dirimu, tetapi kau malah menolak dan merusakkan peralatan pahatnya?"

Lantai Pualam: "Ya, tentu saja aku masih ingat. Aku sangat benci pemahat itu. Bagaimana ia begitu tega menggunakan pahatnya untuk melukai diriku. Rasanya sakit sekali!"

Patung Pualam: "Kau benar! Pemahat itu tidak bisa mengukir dirimu sama sekali karena kau menolaknya."

Lantai Pualam: "Lalu?"

Patung Pualam: "Ketika ia memutuskan untuk tidak meneruskan pekerjaannya pada dirimu, lalu ia berusaha untuk memahat tubuhku. Saat itu aku tahu melalui hasil karyanya aku akan menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda. Aku tidak menolak peralatan pahatnya membentuk tubuhku. Aku berusaha untuk menahan rasa sakit yang luar biasa."

Lantai Pualam: "Mmmmmm…."

Patung Pualam: "Kawanku, ini adalah harga yang harus kita bayar pada segala sesuatu dalam hidup ini. Saat kau memutuskan untuk menyerah, kau tak boleh menyalahkan siapa-siapa atas apa yang terjadi pada dirimu sekarang."

Jumat, 09 Agustus 2013

3 PERSIMPANGAN JALAN

    Suatu hari seorang pemuda memutuskan untuk masuk kedalam hutan, setelah semalam ia mendapat petunjuk melalui sebuah mimpi bahwa didalam hutan sana ada harta karun.

Setelah memasuki hutan melalui jalan setapak, ia dihadapkan dengan 3 persimpangan jalan. Pemuda itu kebingungan untuk menentukan jalan mana yg harus ia pilih. Diseberang jalan nampak sebuah gubuk yg dihuni oleh seorang tua. Pemuda itu lalu bertanya kepada orang tua itu, jalan mana yg harus ia tempuh untuk mendapatkan harta karun?
Orang tua itu menjawab "jalan yg sebelah kiri".

Masuk lah pemuda itu kedalam hutan melalui jalan paling kiri. Tak berapa lama pemuda itu kembali kepada orang tua itu.

"Hei Pak tua.. aku tidak bisa melewati jalan yg sebelah kiri, jalan itu sepertinya buntu, didepan ada kubangan lumpur yg sangat panjang dan dalam. Manakah diantara jalan yg menuju ketempat harta karun itu?"

"Kau masuklah kejalan yg tengah" jawab Pak tua.

Pemuda itu masuk untuk memilih jalan yg tengah. Tapi tak lama kemudian ia kembali lagi kepada pak tua itu,

"Hei Pak tua.. sepertinya jalan yg tengah pun tak bisa, disana ada tebing yg sangat tinggi, aku tak bisa mendakinya. Jalan yg tersisa hanya jalan sebelah kanan. Apakah itu benar2 jalan menuju harta karun?"

"Kau masuk saja karena itu jalan terakhir satu satunya menuju tempat harta karun itu" jawab Pak tua.

Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk melewati jalan terakhir yaitu jalan sebelah kanan. Tapi tak berapa lama pemuda itu berbalik lari dengan napas ngos ngosan. Sambil marah marah pemuda itu berkata,

"Hei Pak tua..!! Kau mau membunuhku ya..? Didepan sana ada banyaK binatang buas, nyaris saja aku dimakanya."

Pak tua itu hanya manggut manggut sambil berkata,
"Anak muda.. ketiga jalan itu semuanya adalah jalan menuju harta karun. Semua jalan tidak semudah yg kau kira, semua nya penuh dengan rintangan. Untuk mengambil harta karun itu kau akan dihadapkan dengan berbagai macam pilihan dan harus melalui semua rintangan yg ada." kata Pak tua itu sambil berlalu.

---------------------------

Terkadang Tuhan tidak memberikan anugerah kepada hambanya itu dengan begitu saja. Terlebih dahulu Tuhan akan menguji hambanya dengan berbagai macam cobaan penderitaan sebelum menggantinya dengan sesuatu yg lebih baik. Tapi disaat Tuhan memberikan nya, terkadang kita akan dihadapkan dengan berbagai macam pilihan yg rumit. Tergantung diri kita sendiri, memilih untuk menentukannya atau hanya diam begitu saja dan tak akan mendapatkan apa2.